Rabu, 21 September 2016

Kenapa kita sering Capek di dunia ??

BEGINI lah  Al-Qur’an bertutur, mmbuat sbuah panduan yg brharga untuk setiap muslim, bhwa apa yg kita tuju mnentukn cara kita utk sampai kepadanya.

Pertama. Urusan brdzikir (Shalat), printahnya adalh “Berlarilah !”🏃🏻
“Wahai org yg beriman, apabila kalian diseru utk mnunaikan sholat jum’at, mk brlarilah kalian mngingat Allah dan tinggalkanlh jual beli.” (QS. Al-Jum’ah: 9).

Kedua. Urusan mlakukn kbaikan, printahnya adalh “Brlombalah!” 🏇🏿🏇🏿
“maka brlomba2lah dlm brbuat kbaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148).


Ketiga. Urusan meraih ampunan, printahnya adalh “Brsegeralah!” 🙏
“dan brsegeralh kamu mnuju ampunn dr Tuhanmu&mnuju surga…” (QS. Ali Imron: 133).


Keempat. Urusan mnuju Allah, printahnya adlh “Brlarilah dg cepat!”🏃🏻🏃🏻🏃🏻
“Mk berlarilah kmbali ta’at kpd Allah.” (QS. Adz-Dzaariyat: 50).


Kelima. Tp Urusan mnjemput rizki (duniawi), printahny hanyalah “Brjalanlah!” 🚶🚶

Sejatinya Berqurban

Sahabat Odojers ...
Cobalah sejenak kita napak tilas pada kisah yang fenomenal ini!
Ketika Nabi Ibrahim a.s. mengajari tentang makna sebuah PENGORBANAN melalui peristiwa penyembelihan Nabi Ismail a.s. yang merupakan putra semata wayangnya.
Ketika perintah Allah SWT ditempatkan pada kedudukan tertinggi kepemilikan, maka sepatutnyalah kita dapat mengambil ibroh tentang hakikat pengorbanan yang sejati.
Hakikat yang dimiliki oleh seseorang yang tulus, murni, dan seutuhnya diberikan kepada Yang Satu, Pemilik Seluruh Alam Semesta dan Segala Isinya.

Sahabat Odojers...
Jika setiap kita ditakdirkan menjadi seorang IBRAHIM di masa kekinian, maka tentunya kita memiliki ISMAIL yang juga selalu siap untuk dikorbankan.

Jikalau ISMAIL dapat diibaratkan sebagai HEWAN TERNAK terbaik yang dimiliki oleh kita di Idul Adha dan hari Tasyrik, maka secara tersirat pula dapat dimaknai sebagai sesuatu yang kita cintai di dunia ini.

ISMAIL bisa jadi adalah simbol kepemilikan kita atas: HARTA, PASANGAN HIDUP, ANAK-ANAK, JABATAN, GELAR atau bahkan EGO kita.
Semua itu dapatlah menjadi SARANA UJIAN bagi kita, dimana hati akan ditempa karenanya agar semakin Tahan UJI.

Sahabat Odojers...
Betapa banyak orang yang berqurban di hari raya, namun masih melalaikan ibadah fardhunya.
Betapa banyak orang yang masih malas menjalankan sunah-sunahnya dan menunda amal sholehnya. Betapa akhirnya, 'prosesi penyembelihan ternak' hanyalah menjadi sekedar seremonial belaka tanpa makna berarti.
Sia-sia karena tak mampu dimaknai hakikinya.

Sahabat Odojers...
Ketika Nabi Ibrahim a.s. diperintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail a.s., maka Beliau telah membunuh rasa KEPEMILIKAN yang tinggi terhadap anak yang sangat dicintainya. Allah memintanya untuk melakukan tindakan tersebut, agar Beliau sadar bahwa semua yang melekat pada diri kita ini hanyalah Amanah, yang sifatnya sebagai titipan sementara.
Sejatinya, semua "ISMAIL-ISMAIL" adalah milik Allah.

Sahabat Odojers ...
Marilah mencoba untuk pasrahkan pengorbanan kita seutuhnya hanya pada Robb!
Berikanlah pengorbanan sejati atas apa yang kita cintai di dunia ini!
Jangan sampai pengorbanan tersebut menjadikan kita sebagai pecundang, pemalas, pendengki, dan sederet keburukan sifat lainnya!
Jadikanlah tilawah dan amal sholeh kita menjadi semakin berkualitas!
Keep istiqomah dalam meraih  ridho-Nya!

Salam Full Semangat...!!!
Selamat Idul Adha 1437 H
Semoga Qurban kita tahun ini mampu mengantarkan kita menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
Aamiin Allahumma Aamiin ...

Akso Diana
Divisi Training Motivasi ODOJ
Email: trainingmotivasiodoj@gmail.com

PSDM/TM/150/13/09/2016

Nasihat Imam Syafi'i

Dunia adalah tempat yang licin nan menggelincirkan, rumah yang hina, bangunan-bangunannya akan runtuh, penghuninya akan beralih ke kuburan, perpisahan dengannya adalah sesuatu keniscayaan, kekayaan di dunia sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kemiskinan, bermegah-megahan adalah suatu kerugian, maka memohonlah perlindungan Allah swt, terimalah dengan hati yang lapang segala karunia-Nya.

Jangan terpesona dengan kehidupanmu di dunia sehingga meninggalkan kehidupan Akhirat. Ketahuilah, sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna, dindingnya juga miring dan hancur, maka perbanyaklah perbuatan baik dan jangan terlalu banyak berangan-angan.

Imam Syafi'i

Bagaimanakah Tilawahmu Hari Ini?

Oleh: Sholehah Nisaul Jannah


Jika perutmu terasa lapar
Di tengah kepenatan yang terasa,
Engkau 'kan tetap berusaha mencari sesuap nasi atau apapun yang bisa mengenyangkan perutmu

Pun bila engkau haus
Siang yang panas
Tubuh yang letih
Tak menghalangimu 'tuk mencari pelepas dahaga

Bagaimana jika jiwamu yang lapar?

Telah berlalu hari-harimu tanpa tilawah
Engkau tinggalkan sujud panjang
Doa-doamu tak lagi syahdu
Tiada lagi nikmat dalam shalatmu
Tiada lagi rindu dan cinta menyambut panggilan Rabb-mu

Menangislah duhai diri
Mungkin cintamu tak seindah dulu
Mungkin rindumu tak semenggebu dulu

Kemanakah menguapnya?

Ia pergi seiring engkau tak lagi peduli
Seiring sibukmu yang tak bertepi
Beribu alasan membuatmu jauh
Sedang hatimu makin terasa keruh

Al Qur'an kesayangan menantimu
Jangan biarkan ia berdebu
Ia bukan pajangan sekedar penghias lemarimu
Pun bukan penambah koleksi rak bukumu

Bacalah...
Bacalah...
Bacalah...
Meski hanya beberapa ayat
Jangan tinggalkan
Jangan biarkan
Ia-lah obat segala lelahmu
Ia-lah obat segala resahmu
Ia-lah penolongmu di akhirat kelak

#muhasabahdiri
#Allahummarhamnaabilquran


◇◇•◇◇•◇◇•◇◇•◇◇•◇◇
AIHQ - DK PSDM ODOJ
AIHQ/171/15/09/2016
oaseodoj@gmail.com

Hidup Ini Misterius

Sudah menjadi ketentuan Allah bahwa HIDUP INI MISTERIUS. Tak seorang pun yang bisa mengetahui nasib dan masa depannya.

Kalau mau hidup tenang, jalankan saja sesuai arahan Allah. Indikasinya:

1⃣ Semakin hari semakin diberi Allah kefahaman tentang Islam.

2⃣ Semakin hari semakin dekat pada Allah.

3⃣ Semakin hari semakin yakin, bertawakkal dan bertaqwa pada Allah.

4⃣ Semakin hari semakin bertambah ilmu tentang Islam dan amal shaleh.

5⃣ Semakin hari semakin siap menghadapi kematian.

6⃣ Semakin hari semakin berharap /rindu bertemu Allah dan semakin takut pada azab neraka.

📍Ada 5 hal yang Allah rahasiakan :
---------------------------------
1| Tak seorang pun tahu kapan persisnya kiamat itu terjadi.

2| Berapa jumlah / kuantitas hujan yang Allah turunkan.

3| Bagaimana nasib bayi yang ada dalam kandungan.

4| Apa yang akan dilakukan seseorang esok hari.

5| Di atas belahan bumi mana ia wafatkan kita.

Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Berpengetahuan..

إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۢ بِأَىِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۢ ﴿٣٤﴾

"Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal."

(Q.S.31:34)

Pilih Yang Mana?

 Lebih baik mana? orang banyak ibadah tapi berakhlak buruk atau tak beribadah tapi berakhlak baik? 

"Wahai Syaikh, manakah yang lebih baik, seorang muslim yang banyak ibadahnya tetapi akhlaqnya buruk ataukah seorang yang tak beribadah tapi amat baik perangainya pada sesama?" teriak seorang pemuda.

"Subhaanallah, keduanya baik", ujar sang Syaikh sambil tersenyum."

"Mengapa bisa begitu?" desak si pemuda.

"Karena orang yang tekun beribadah itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk berakhlaq mulia bersebab ibadahnya. Dan karena orang yang baik perilakunya itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk semakin taat kepadaNya."

"Jadi siapa yang lebih buruk?" desak si pemuda penasaran.

Air mata mengalir di pipi sang Syaikh. "KITA ANAKKU" ujar beliau.

"Kitalah yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri." Beliau terisak-isak.

"Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita bukan tentang orang lain."


اَيَحْسَبُ الْاِنْسَانُ اَنْ  يُّتْرَكَ سُدًى

"Apakah manusia mengira, bahwa dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?" (Qs. Al-Qiyamah 36)


 اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا

"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya." (Qs. Al-Isra' 36)

Detox Diri

Sistem pencernaan kita kemasukan makanan-makanan tidak sehat setiap hari. Mulai dari pengawet, pewarna, pemanis buatan, dan sebagainya.

Oleh karena itu kita perlu sesering mungkin mengkonsumsi makanan yang bersifat detox yang akan membersihkan racun keluar tubuh. Contohnya apel dan jeruk lemon.

Begitu pula panca indera kita mata, telinga, dan lisan. Setiap hari terkontaminasi aktivitas tidak sehat.

Mata melihat hal yang diharamkan, lisan berbicara yang menyakiti saudaranya, dan telinga ikut mendengarkan.

Oleh karena itu kita perlu setiap hari membaca Al-Quran, sebagai detox yang akan membersihkan racun dalam panca indera kita. Perhatikan keajaiban ini, ketika membaca Al-Quran ketiga panca indera kita bekerja.

Mata melihat mushaf, lisan membaca nya dengan suara yang didengar oleh telinga kita sendiri. Sekali mendayung tiga pulau terlampaui.

Bahkan pikiran dan hati kita ikut di bersihkan, bila kita membaca Al-Quran sambil menghadirkan hati.

Oleh karena itu orang yang jauh dari Al-Quran, panca indera nya sudah penuh dengan kotoran maksiat, pikiran nya sudah tidak bisa jernih, dan hatinya sudah lelah dan tidak tenang.

Jika kita yang mengalami hal ini, seharusnya kita segera detox panca indera, pikiran, dan hati kita dengan kembali kepada Al-Quran.

Wassalam.
⏲ Waktunya berubah ke arah yang lebih baik !

Keping Cerita Dari Tanah Suci

Selama di Arafah dan Mina ada 1 hal yang sangat terasa. Kalau selama ini kami hanya bergaul dengan kawan2 sekamar, tapi di Mina kami tidur di bawah tenda dengan seluruh jamaah berbagi lapak tempat tidur tanpa kasur dan bantal empuk yang biasanya kami dapatkan di Hotel. Kami bisa melihat satu sama lain, dan membuat aku tercengang membaca pembelajaran dari Allah.

Betapa banyak contoh2 di depan mata, ada ibu yang berusia 68 tahun yang menderita hemiplegi (lumpuh setengah badannya) karena stroke tahun lalu akibat hipertensi dan diabetes berhaji dengan suaminya yang hipertensi dan mulai pikun, mereka ditemani putrinya yang merawat ibunya mulai dari mengganti pampers, memberi obat, membujuk makan... antri di toilet... dan segala tetek bengek yang sangat menguras energi dan emosi namun terlihat sangat sabar, tidak terlihat sedikit pun rasa lelah di wajahnya. Sang Ayah terlihat tidak bisa banyak membantu karena beliau juga harus berjuang untuk dirinya. Kami pernah berkeliling mencari Bapak tsb karena hilang setelah miqot di Tan 'im. Baru ditemukan dinihari secara kebetulan di maktab lain.

Di sudut lain ada pemuda yang sangat santun membujuk ibunya yang sakit rematik tapi ngotot mau ikut jalan kaki melontar kiloan meter. Cara pemuda ini membujuk ibunya di setiap tindakannya, membuat kami diam2 berdo'a semoga memiliki putra yang santun dan soleh seperti dia. Bahkan mau ke toilet pun si pemuda permisi pada ibunya: "mamak ada perlu? Nanti mamak jangan cari saya ya. Saya ke toilet sebentar, mungkin agak lama karena ngantri. Gak apa2 kan mak..." katanya sambil mencium kening ibunya sepintas. Kami terpesona melihat kesantunan anak muda itu. Kami bertanya pada ibunya: "apa do'a ibu untuk anak ibu?" Ibu itu hanya tersenyum. Masya Allah...betapa beruntungnya ibu itu.

Di sisi lain aku melihat seorang ibu yang selalu meneteskan airmata diam2 karena ucapan kasar yang sering terlontar dari mulut anaknya di depan orang lain. Keriput di wajahnya menghilangkan aliran airmata itu. Aku genggam tangannya dengan lembut.

Banyak sekali kisah yang berbicara tanpa skenario, semua dipertontonkan Allah SWT di depan kami, membuat kami lupa sejenak rasa panas dengan temperatur hampir 52°C di bawah tenda Arafah.

Membaca kisah di atas, dalam diam saya pun berdoa mengharap mendapatkan anak dan menantu yang sholeh dan sholehah. Saya juga melihat sendiri beberapa anak laki2 begitu sabar terhadap ibu mereka...mengantar keperluan mereka ke toilet, ikut mengantri, selalu membersamai ibu baik memapah atau mendorong kursi roda.
 Namun ada juga wajah wajah kesal sulit tersenyum di tengah derita dari para anak dan menantu wanita yang tidak sabar terhadap ibunya..bahkan setengah menyeret si ibu karena berjalan lambat ...
 Ya Allah semoga Engkau beri kami kesempatan berbakti pada orang tua kami dengan sebaik baik akhlaq yang kami punya.

Berikan kami anak anak sholeh dan sholehah yang ketika kami masih bersamanya, mereka meringankan kami dengan akhlaqnya.. dan ketika kami meninggalkan mereka, doa doa merekalah yang akan meringankan beban kami di akherat. Aamiin ya Rabb...

dari ODOJ

Tiada Daya Maka Berjaya

oleh Salim A. Fillah dalam Rajutan Makna.
02/07/2014


Maha Suci Dzat yang menjadikan;
Berhina padaNya sebagai kemuliaan
Berfaqir padaNya sebagai kekayaan
Tunduk padaNya sebagai keluhuran
Dan bersandar padaNya sebagai kecukupan..


Lelaki itu pergi dengan marah. Mari kita fahami betapa berat tugas dakwahnya di Ninawa, betapa telah habis sabarnya atas pembangkangan kaumnya. Malam dan siang, pagi dan petang; diajaknya mereka meninggalkan berhala-berhala tak bernyawa dan perbuatan-perbuatan tak bermakna. Didekatinya mereka satu-satu maupun dalam kumpulan, ketika sepi maupun di keramaian.

Tetapi hanya cemooh dan tertawaan, umpatan dan makian, serta penolakan dan pengusiran yang dia dapat. Maka dia, Yunus ibn Mata namanya, pergi dengan marah. Dia tinggalkan negerinya sembari mengancamkan ‘adzab Allah yang sebagaimana terjadi pada kaum-kaum sebelumnya, pasti turun pada kaum pendurhaka. Bukankah demikian nasib kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, dan penduduk negerinya Luth?

Tapi dia pergi karena ketaksabarannya, ketakteguhannya, dan ketaktelatenanannya. Dia pergi sebelum ada perintah Allah untuk menghentikan seruannya. Dia menyerah sebelum tiba waktunya. Maka sebagai hamba yang disayangiNya, Allah akan mendidiknya untuk sabar dengan cara lain, jika dia tak sabar dalam tugas dakwahnya. Cara itu adalah musibah.

Kita tahu ringkasnya, Yunus  yang menumpang sebuah kapal akhirnya dibuang ke samudra setelah 3 kali muncul namanya dalam undian. Kapal itu dalam badai yang bergulung mengerikan, maka ada yang berkeyakinan seseorang harus dipersembahkan pada penguasa lautan. Lagi pula, ia terasa kelebihan muatan. Awalnya, sang nakhoda tak tega. Yunus tampak sebagai orang baik. Tapi namanya muncul tiga kali, seakan memang hanya dialah yang dikehendaki.

Ketetapan Allah berlaku baginya. Seekor ikan membuka mulut menyambut tubuhnya yang terjun ke air. Bahkan, menurut sebagian mufassir, ikan yang menelannya dilahap ikan yang lebih besar, lalu dengan perut berisi ia menuju ke dasar lautan. Maka jadilah Yunus berada dalam gelap, dalam gelap, dalam gelap. Kelam berlapis-lapis.

                    *

Di antara hikmah yang selalu melekat pada setiap musibah adalah pertanyaan, “Apa kesalahanku sehingga cobaan ini menimpa?” Selanjutnya, memang kepekaan hatilah yang menentukan jawab dan tindakan yang akan diambil. Maka berbahagialah yang segera merundukkan diri di hadapan keagungan Allah, serta berlirih-lirih mengadukan kelemahan, kesilapan, dan kehinaan.

“Allah menciptakan manusia”, demikian Dr. ‘Abdul Karim Zaidan dalam Al Mustafaad min Qashashil Quran, “Dengan menggariskan baginya bahwa berbuat keliru dan jatuh dalam kesalahan adalah perkara yang mungkin, bahkan niscaya.” Tapi dengan kasihNya, Allah juga membukakan pintu agar dosa-dosa menjadi jalan kembali dan pelarian suci, tempat bersimpuh dan sandaran berteduh, mahligai yang syahdu bagi bermesra, meminta, dan beroleh karunia.

Maka demikianlah Yunus,‘Alaihis Salam. Di perut ikan Nun, dalam gelap yang mencekik hingga ke hati, dia menangisi kelemahannya, menekuri hari-harinya, dan mengaku telah berbuat aniaya.

“La ilaha illa Anta, subhanaKa, inni kuntu minazh zhalimin. Tiada Ilah sesembahan haq selain Engkau. Maha Suci Engkau; sungguh aku termasuk orang yang berbuat aniaya.”
(QS Al Anbiya’ [21]: 87)

Doa Yunus, betapa sederhana. Tapi indah dan mesra. Akrab dan hormat. Takzim dan syahdu. Demikianlah pada pinta para Nabi di dalam Al Quran, kita menemukan lafazh doa, ruh tauhid, sekaligus keindahan adab.

Hari ini, ketika kita disuguhi fahaman antah berantah bahwa doa harus dirinci-rinci, dibayang-bayangkan, dan dijerih-jerihkan; seakan dengan demikian ia lebih cepat dikabulkan, mari berkaca pada doa Yunus. Tak ada di sana pinta untuk mengeluarkannya dari perut ikan, apalagi desakan agar segera. Tak ada di sana rajuk-rajuk manja, hiba-hiba memelas, apalagi kalimat perintah yang pongah.

“Doa Dzun Nun,‘Alaihis Salam”, demikian menurut ibn Taimiyah, “Adalah di antara seagung-agung doa di dalam Al Quran.” Doa itu mengandung 2 hal saja, merunduk-runduk mengakui keagungan Allah, dan
berlirih-lirih mengadukan kelemahan diri.

“Berdoalah menyeru Rabbmu dengan tadharru’ (merendahkan diri) dan khufyah (memelankan suara). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS Al A’raaf [7]: 55)

Maka doa Yunus, yang tidak rinci, yang tidak dibayang-bayangkan, bahkan tak tergambar apa yang dipintanya, dijawab Allah dengan limpahan karunia yang membawa kejayaan. Dia hanya mengakui ketakberdayaan dan laku aniayanya pada diri sendiri; maka Allah yang Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, mengulurkan pertolonganNya, pembelaanNya, dan bantuanNya.

Yunus bukan hanya dikeluarkan dari perut ikan. Dia bahkan tak perlu payah berenang, karena diantar oleh sang ikan sampai tepian. Dan tempatnya didamparkan bukanlah sembarang daratan. Imam Ibnu Katsir mengetengahkan riwayat dalam tafsirnya dari Ka’b Al Ahbar dan Ibn ‘Abbas, bahwa Yunus dibaringkan di hamparan tanah yang kemudian ditumbuhi suatu tanaman dari jenis labu.

“Kemudian Kami lemparkan Yunus ke daratan kering, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuknya Kami tumbuhkan pohon dari jenis yaqthin.”
(QS Ash Shaaffaat [37]: 145-146)

Selazimnya seseorang yang terkurung dalam gelap di kedalaman laut selama waktu yang panjang, maka Yunuspun sakit. “Keadaan beliau seumpama burung yang kehilangan seluruh bulunya”, ujar Ibn Mas’ud menafsir. Adapun menurut Ibn ‘Abbas, “Beliau bagaikan bayi yang baru dilahirkan; ringkih, tak terlindung, rumih, dan rentan.”

“Pohon yaqthin”, demikian masih menurut Ibn ‘Abbas, “Adalah qar’u, dari jenis labu yang tak disukai lalat dan serangga sehingga dia menaungi Yunus hingga terjaga.”

Ketika Yunus siuman, secara naluriah dia menggapai buah yang ada di dekatnya kemudian memakannya. Buah tanaman itu, yang mengandung air, gizi, dan zat-zat bermanfaat, amat mudah dicerna oleh tubuhnya. Khasiatnya menjalari seluruh pembuluh dan sendi, merasuki semua sumsum dan pori, memulihkan tenaga dan kesentausannya. Sakit, payah, dan terganggunya faal badan akibat berpuluh hari di dalam perut ikan dan di dasar lautan, kini pulih sehat dan bertambah afiat.

Nabi Yunus pun bugar kembali, bersemangat, dan berjanji pada Allah untuk nanti teguh, istiqamah, dan tak menyerah dalam berdakwah kepada kaumnya; apapun yang akan terjadi di hadapannya. Tetapi alangkah takjub penuh syukurnya dia. Sebab ketika kembali ke Ninawa, seluruh kaumnya justru telah beriman pada Allah. Jumlah mereka, lebih dari 100.000 orang kiranya.Betapa berkah doa Yunus. Bukan hanya menjadi karunia keselamatan dirinya, doa itu bahkan menjadi anugrah hidayah bagi begitu banyak manusia dari kaumnya. Dakwah Yunus berjaya, tepat pada saat dia merasa dan mengaku bahwa dirinya berdosa di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Dakwah Yunus berjaya, ketika dia mengakui dirinya aniaya dan hatinya tunduk memuliakan Allah‘Azza wa Jalla. Dakwah Yunus berjaya, ketika dia merasatak berdaya.

Di lapis-lapis keberkahan, berjayalah hamba yang merasa tak berdaya tanpaNya. Maka Maha Suci Dzat yang menjadikan berhina padaNya sebagai kemuliaan, berfaqir kepadaNya sebagai kekayaan, tunduk padaNya sebagai keluhuran, danbersandar padaNya sebagai kecukupan.

                    *

Kita menjawab panggilan adzan, ketika kita diseru untuk shalat dan dipanggil menuju kejayaan bukan dengan kepercayaan diri menggebu-gebu, bukan juga dengan keyakinan jiwa menderu-deru, bukan pula dengan rasa pasti mampu yang berseru-seru.

“Hayya ‘alash shalaah.. Marilah shalat!”, ajak Muadzin. Jawab kita bukan, “Siap! Bisa! Pasti bisa! Luar Biasa!”

“Hayya ‘alal falaah! Mari menuju keberhasilan, kemenangan, dan kejayaan!”, sambung muadzin. Dan jawab kita bukan pula, “Saya! Saya! Saya! Yeaaa!”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, setaqwa-taqwa manusia, setaat-taat hamba, dan sekuat-kuat pengabdi Rabbnya mengajarkan sebuah jawaban yang apa adanya tentang betapa lemahnya kita. Ungkapan paling jujur itu adalah, “La haula wa la quwwata illa billah. Tiada daya untuk menghindar dari keburukan dan tiada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan, selain dengan pertolongan Allah, Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

Ketika kaki melangkah
keluar dari rumah, maka tuntunan doa bagi kita ada dalam hadits shahih dari Anas ibn Malik yang terrekam dalam Sunan Abu Dawud (595) dan Sunan At Tirmidzi (3487). Bahwasanya Rasulullah bersabda,

“Jika seorang di antara kalian keluar dari rumahnya lalu mengucapkan: ‘Bismillahi Tawakkaltu ‘Alallahi La Haula WaLa Quwwata Illa Billah.. Dengan nama Allah. Aku bertawakal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan kuasa Allah’; maka pada saat itu akan dikatakan kepadanya, ‘Kamu telah mendapat petunjuk, telah diberi kecukupan, dan mendapat penjagaan’, hingga syaithan-syaithan menjauh darinya. Lalu syaithan yang lainnya berkata kepada syaithan yang ingin menggodanya; ‘Bagaimana kau akan mengoda seorang laki-laki yang telah mendapat petunjuk, kecukupan, dan penjagaan?”

“Dengan asma Allah”, adalah ikrar iman kita. Tak ada tempat bagi nama selainNya, bahkanpun nama kita, dalam berangkat maupun kembali, berjalan maupun berhenti, di kala pulang maupun pergi. Hanya namaNya yang layak diagungkan di setiap tapak dan langkah, berjalan dan berkendara, hatta hingga jatuh dan bangunnya. Semua dalam nama Allah, agar kita menghadapkan wajah padaNya dengan lurus dan berserah diri.

Selanjutnya, kita menginsyafi bahwa hanya Allah-lah sandaran terkuat, terkokoh, terhebat. Bukan diri, ilmu, ataupun hal-hal yang kita daku sebagai milik yang menjadi tempat bergantung. Bukan anak maupun pasangan, bukan kerabat maupun kawan, bukan rekan ataupun atasan. “Aku bertawakkal hanya kepada Allah”, adalah ikrar kepasrahan kita. Bahwa tiap tapak yang terayun serta tiap langkah yang terpijak ini, Allah-lah yang mengatur, mengarahkan, dan menepatkannya.

Dan akhirnya, “Tiada daya untuk menghindar dari maksiat dan keburukan, serta tiada kekuatan untuk menunaikan ketaatan dan meraih kebaikan; melainkan dengan kuasa dan pertolongan Allah.”

Inilah kealpaan kita yang mudah tergoda, maka hanya dari Allah pembentengannya. Inilah kerawanan kita yang dalam bahaya, maka hanya dari Allah perlindungannya. Inilah kemalasan kita yang sering tak hendak, maka hanya dari Allah semangat dan kemampuannya. Inilah kelembekan kita yang tak menjangkau, maka hanya dari Allah penggapaiannya.

Demikianlah, di lapis-lapis keberkahan, tiap helaan nafas, tiap detakan jantung, dan tiap denyutan nadi terjalani dengan asma Allah, dengan tawakkal pada Allah, dan dengan pengakuan bahwa tiada daya dan kekuatan kecuali dengan karunia Allah. Sebab kita mengerti, pengakuan atas ketakberdayaan di hadapan Yang Maha Jaya adalah sumber kekuatan yang tak pernah kering, tak pernah habis, dan tak pernah berakhir.


#LLK

Who Am I? / Aku Kie Sopo?


💕Kalimat Cinta Bagi Para Pecinta Al-Quran🎀

👆🏻 Cukuplah satu ayat yang terlupa dari hafalan yang ada sebagai teguran keras dari Allah pada diri seorang penghafal Al-Qur’an.

💌 Teringat akan perkataan ustadz bahwa Al-Qur’an itu suci dan hanya mau melekat di hati orang-orang yang suci (selalu berusaha menjaga kesucian diri dari dosa dan kesalahan).

📒 Al-Qur’an itu sensitif dan sangat cemburu ketika ia tak lagi jadi prioritas dan tidak dijaga dengan baik.

💾 Hafalan yang benar-benar lancar tanpa cacat akan sangat terasa nikmatnya ketika kegiatan muraja’ah atau mengulang hafalan.

❓❓Lalu bagaimana seandainya yang terlupa tidak hanya satu atau dua ayat, tapi satu atau dua juz bahkan lebih?
Seakan-akan hafalan tersebut hilang visualisasinya dalam memori saat lisan tak lagi bisa melantunkannya secara refleks.

💔 Cukuplah itu sebagai tanda bahwa ada yang salah dengan perilaku kita, ada yang salah dari manajemen waktu dan kesibukan, ada malam yang mungkin sering terlewatkan dari kegiatan menjaga Al-Qur’an, ada hati yang sering terlenakan, frekuensi muraja’ah dan tilawah yang tak berimbang, dan mungkin ada dosa dan kesalahan yang dilakukan.

📜 Evaluasi diri dan segera lakukan perbaikan bagaimanapun caranya agar Allah mengembalikan lagi kepercayaanNya pada diri kita.

🔐 Karena menghafal adalah sebuah proses perjuangan, ia tidak mungkin bisa diperjuangkan dengan ala kadarnya.
Kenapa berjuang itu manis? Karena ada niat yang harus senantiasa diluruskan dan diperbarui, ada pengorbanan yang harus terus dilakukan, juga ada cinta yang selalu meminta untuk dibuktikan.

🌨 Ya Allah jika nanti telah habis masa kami di dunia ini, ingin rasanya diri ini engkau panggil dalam kondisi husnul khatimah, dengan simpanan ayat-ayat Al-Qur’an yang sempurna, teramalkan, lagi terjaga dengan baik.

Allohumma Aamiin...

#Artikel dari ODOJ